MANIPULATION OF DIFFERENT WATER LEVELS AGAINST THE SPAWNING OF CLIMBING PERCH (Anabas testudineus Bloch) NATURALLY MANIPULASI KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PEMIJAHAN IKAN PAPUYU (Anabas testudineus Bloch) SECARA ALAMI

Main Article Content

Muhammad Berkatullah Amin
Akhmad Murjani
Agussyarif Hanafie

Abstract

Climbing perch enlargement activities are constrained by available fry, due to insufficient production. One of the unknown aquaculture factors is the best water level that can be used in spawning activities for climbing perch. The purpose of the study was to determine the effect of water level manipulation on the spawning results of climbing perch carried out naturally. The study used 3 treatments, namely water levels of 40 cm, 50 cm, and 60 cm and each treatment was repeated 4 times, while the parameters observed included fecundity, egg diameter, fertilization rete, hatching rate, survival rate, and water quality. The results showed that fecundity, egg diameter, fertilization rate, the highest hatching rate were obtained at treatment B of 26419.50 eggs, 0.63 mm, 59.50%, and 41.25%, respectively, while the highest survival rate was obtained in treatment A, which was 71.00%. Water quality during the study was still at the tolerance limit that supports the spawning of climbing perch, namely temperatures between 25.2 – 26.2oC, pH between 7.05 – 7.34, and DO between 3.77 – 4.21 mg / L. Based on diversity analysis (ANOVA) it shows that Fhitung < Ftabel is stated to be no real difference between all treatments given (receive H0) and the results of regression tests show that a water level of 45 cm is optimal for natural spawning of climbing perch


 


Kegiatan pembesaran ikan papuyu terkendala dengan benih yang tersedia, karena produksinya yang tidak mencukupi. Salah satu faktor budidaya perairan yang belum diketahui adalah ketinggian air yang terbaik yang dapat digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan papuyu. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh manipulasi ketinggian air terhadap hasil pemijahan ikan papuyu  yang dilakukan secara alamiah.  Penelitian menggunakan 3 perlakuan, yakni ketinggian air 40 cm, 50 cm, dan 60 cm serta masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sedangkan parameter yang diamati meliputi fekunditas, diameter telur, derajat pembuahan, derajat penetasan, survival rate, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fekunditas, diameter telur, derajat pembuahan, derajat penetasan  tertinggi diperoleh pada  perlakuan B masing-masing 26419,50 butir, 0,63 mm,  59,50%,  dan 41,25%, sedangkan survival rate tertinggi diperoleh  pada perlakuan A, yakni 71,00%. Kualitas air selama penelitian masih berada pada batas toleransi yang menunjang pemijahan ikan papuyu  yaitu suhu  antara 25,2 – 26,20C, pH antara 7,05 – 7,34, dan DO antara 3,77 – 4,21 mg/L. Berdasarkan analisis keragaman (ANOVA) menunjukan bahwa Fhitung < Ftabel  dinyatakan tidak berbeda nyata antara semua perlakuan yang diberikan (terima H0) dan hasil uji regresi menunjukkan bahwa ketinggian air 45 cm adalah optimal untuk pemijahan ikan papuyu secara alamiah.

Article Details

Section
Articles
Author Biographies

Muhammad Berkatullah Amin, Universitas Lambung Mangkurat

Program Studi Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan

Akhmad Murjani, Universitas Lambung Mangkurat

Program Studi Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan

Agussyarif Hanafie, Universitas Lambung Mangkurat

Program Studi Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan

References

Ahmad, M., dan Fauzi, M. 2012. Percobaan Pemijahan Ikan Puyu (Anabas testudienus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 15 (1): 16-24
Akbar, J. 2018. Ikan Papuyu Teknologi Manajemen dan Budidaya. Lambung Mangkurat University Press 2018. Banjarmasin.
Bijaksana, U. 2012. Dosmestikasi Ikan Gabus, Channa Striata Blkr, Upaya Optimalisasi Perairan Rawa Di Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal. 1 (1): 92-101.
Burmansyah, B., Muslim, M., dan Fitrani, M. 2013. Pemijahan Ikan Betok (Anabas testudineus) Semi Alami dengan Sex Ratio Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1 (1): 23–33.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. (ID): Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Hal. 163.
Etika, D., Muslim, M., dan Yulisman, Y. 2013. Perkembangan Diameter Telur Ikan Betok (Anabas testudineus) yang Diberi Pakan diperkaya Vitamin E dengan dosis berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 18 (2): 26–36.
Handayani D. R., Armid., dan Emiyarti. 2016. Hubungan Kandungan Nutrien dalam Substrat terhadap Kepadatan Lamun di Perairan Desa Lalowaru Kecamatan Moramo Utara. Jurnal Sapa Laut, Vol. 1(2) 42-53
Jacob. P. K. 2005. Studies on Some Aspects of Reproduction of Female Anabas testudineus (Bloch). Thesis. Departemen of Marine Biology, Microbiology and Biology. Cochin University of Science and Technology India: Hal. 261
Miswar, E. Syukran, dan Anggraini, S.H. 2013. Pengaruh Perbedaan Wadah terhadap Keberhasilan Pembenihan Ikan Maskoki (Carassius aurstus). Jurnal Univeristas Syiah Kuala. 1(1): 8 -10.
Muslim, M. 2019. Teknologi Pembenihan Ikan Papuyu (Anabas testudineus). PT. Panca Terra Firma. Bandung, Hal. 10 – 24.
Patowary, R. K., dan Dutta, A. 2012. Breeding Performances of Anabas testudineus (Bloch) in Specially Designed Cemented Tanks. Asian Journal of Experimental Biological Sciences. 3: 762-766.
Ramadhan, R., dan Yusanti, I.. A. 2020. Studi Parameter Studi Kadar Nitrat dan Fosfat Perairan Rawa Banjiran Desa Sedang Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin. Jurnal Ilmu ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. 15 (1): 37-41.
Suriansyah, M., Z. Junior dan A.O Sudrajat. 2010. Studi Perkembangan dan Pematangan Akhir Gonad Ikan Papuyu (Anabas testudineus Bloch.) dengan Rangsangan Hormone. Jurnal Akuakultur Indonesia. 9 (1): 61-66
Tamaru, C. S., C. D. Kelley, C. S Lee, K. Aida, I. Hanyu, dan F. Goetz. 1991. Steroid Propiles During Maturation and Induced Spawming of the Striped mullet, Mugil cephalus L. Aquaculture, 95: 149-168.
Utomo, A. dan D. Samuel. 2005. Status Keragaman Ikan di Perairan Umum. In Prosiding Forum Perairan Uumum Indonesia ke-1. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Badan Riset Kelautan Perikanan., 261- Departemen Kelautan dan Perikanan 268.
Zalina I., Saad C. R., Christianus A., dan Harmin S. A. (2012). Induced Breeding and Embryonic
Development of Climbing Perch (Anabas testudineus Bloch.).